Cari Blog Ini

Sabtu, 04 Februari 2012

BAGAIMANA SEHARUSNYA MENJADI ALIM,ULAMA, PENDETA ATAU RAHIB ITU?


BAGAIMANA SEHARUSNYA MENJADI ALIM,ULAMA, PENDETA ATAU RAHIB ITU?

Ahli ilmu atau ulama seringkali kita identikkan bagi sebagai orang yang menyampaikan ceramah/tausyah agama Islam dengan segala kefasihan lidah dan mulutnya mengeluarkan dalil dan ayat-ayat  Al Quran dan Hadist, padahal ulama dalam arti dasarnya adalah alim dari ilmu, dan setiap orang yang mempunyai apa saja ilmu pada hakekatnya juga ulama, jadi bukan semata Syeikh, Kyai, Ustadz saja, terkadang orang awam yang  tidaklah hafidz ayat per ayat namun lebih mengerti tafsirannya meskipun yang dipegangnya cuma satu ayat, demikian juga halnya seharusnya dengan pendeta dan imam-imam pada agama Yahudi dan Nasrani, adalah juga ulama, karena mereka juga mempelajari kitab suci mereka, yang dulu aslinya  diturunkan dari Allah yang sama juga.

QS ALBAQARAH 187:Dan ingatlah tatkala Allah mengambil janji orang-orang yang diberi kitab itu.”Hendaklah kamu terangkan isi Kitab itu kepada manusia, dan jangan kamu sembunyikan.” Tetapi mereka memungkiri perjanjian itu, mereka menjualnya dengan harga yang sedikit. Alangkah jahatnya tukaran yang akan mereka terima”.

Bersebab AlQuran turun disaat Islam masih dalam masa perkembangan awal, masa pendirian pondasi agama ini maka Allah seringkali mengibaratkan dan mengum-pamakan segala misal dan contoh kepada Yahudi dan Nasrani, namun hakekatnya Allah berbicara dengan kita kaum muslimin dari saat turun sampai sekarang dan masa yang akan datang sepanjang AlQuran masih dibaca buat diamalkan dan tidak lagi sebatas membaca dalam perlombaan mutsabaqah tilawatil semata. Karena hakekatnya meskipun permisalan Allah dengan kaum itu namun karena mereka tidak membaca AlQuran, maka Allah berbicara kepada kitalah yang membacanya saat ini.

> Dan ingatlah tatkala Allah mengambil janji orang-orang yang diberi kitab itu.  

Yang dimaksud orang-orang yang diberi kitab adalah Bani Israil umumnya, karena mereka diberi Kitab Taurat, Zabur dan Injil. Ulama-ulama atau pendeta mereka lebih tahu isi dari kitab mereka, maka Allah dahulu mengambil sumpah mereka.

>”Hendaklah kamu terangkan isi Kitab itu kepada manusia, dan jangan kamu sembunyikan.”

Kalau kita perhatikan secara seksama kitab-kitab perjanjian lama yag ada sekarang, baik kitab Keluaran, Imamat orang Levi, Bilangan maupun Kitab Ulangan, kita akan lihat berkali-kali Tuhan mengambil sumpah bani Israil memalui Nabi Musa.as agar setia, memegang teguh ajaran Tauhid dan menjauhi penyembahan berhala/patung. Didalam Kitab Ulangan pasal 4 ayat 1 dan 2 (terbitan 1962) Tuhan berfirman dengan perantaraan Musa yang berbunyi:

1.Maka sekarangpun dengarlah olehmu, hai Israil, akan segala hukum dan undang-undang yang kuajarkan kepadamu, supaya kamu melakukan dia, supaya kamu boleh hidup dan boleh masuk kedalam dan mempusakai negeri yang dikaruniakan Tuhan yaitu Allah nenek moyangmu, kepadamu.

2.Maka janganlah kamu tambahkan sesuatu kepada perkataan pesanku ini dan janganlah kamu kurangkan dia, melainkan peliharalah segala hukum Tuhan Allah yang kupesankan kepadamu.

Pada pasal 6 ayat 2 lebih ditegaskan lagi : “Supaya kamu takut akan Tuhan Allahmu dengan meniru segala hukum dan undang-undangnya, yang kusuruh akan kamu, yaitu kamu dan anakmu dan cucumu pada segala hari umurmu hidup, supaya umur dilanjutkan.”

Dengan menyalin beberapa ayat dari puluhan ayat perjanjian Tuhan dengan bani Israil dapatlah kita membaca dan memahami perjanjian yang dibuat Allah dengan Bani Israil agar setia memegang Taurat, dan tahut kepada Allah.

Antara janji Tuhan dengan mereka bahwa kelak akan datang seorang Nabi, dan hendaklah mereka mempercayai hal itu. Tuhan berfirman dalam Ulangan 18:15-22 :” 
15- Bahwa seorang nabi dari tengah-tengah kamu, dari segala saudaramu, dan yang seperti aku ini, yaitu dijadikan oleh Tuhanmu bagi kamu, maka akan dia patutlah kamu dengar”
18-  Nabi yang Aku bangkitkan bagi mereka dari antara saudara mereka, seperti engkau ini(Musa): Aku akan menaruh firmanKu dimulutnya dan ia akan mengatakan kepada mereka segala yang Kuperintahkan kepadanya.
19- Orang yang tidak mendengarkan segala firmanKu yang diucapkan nabi itu demi nama-Ku, daripadnya akan kutuntut pertanggungjawaban.
20- Tetapi seorang nabi yang terlalu berani untuk mengucapkan demi nama-Ku perkataan yang tidak pernah Kuperintahkan untuk dikatakan olehnya, atau yang berkata demi nama Allah lain, nabi itu harus mati.
21- Jika sekiranya kamu berkata dalam hatimu:Bagaimanakah kami mengetahui perkataan yang tidak difirmankan TUHAN?
22-  Apabila seorang nabi berkata demi nama Tuhan dan perkataannya itu tidak terjadi dan tidak sampai, maka itulah perkataan yang tidak difirmankan TUHAN, dengan terlalu berani nabi itu telah mengatakannya,maka janganlah gentar kepadanya.

Saudara Bani Israil tidaklah lain Bani Ismail sebagai kakak tertua dari Bapak Ibrahim dan Ibu Hajar/Hagar, kemudian Nabi Musa menerangkan Nabi yang akan datang itu yang seperti aku ini. Ditilik dari perbandingan sejarah rasul-rasul, teranglah bahwa jalan hidup Nabi Muhammad lebih banyak kesamaannya dengan Nabi Musa, sama-sama punya ayah-ibu, sama-sama menyentak pedang kalau perlu dan sama-sama tidak mati terbunuh.

Menerangkan hal ini kepada anak cucu Bani Israil adalah keniscayaan dan kewajiban Ulama-ulama Bani Israil, dan itu memang mereka pegang teguh sekedar cerita turun temurun, sehingga wajar saja setelah 600 tahun berdirinya agama sekte Nasrani mereka tidak percaya dan mengikuti agama Kristen. Namun apa yang  terjadi setelah terang bagi Yahudi Medinah telah nampak tanda kenabian pada saudara mereka Bani Ismail ? Lanjutan ayat ini menerangkan:

>  Tetapi mereka memungkiri perjanjian itu, mereka menjualnya dengan harga yang sedikit.

Bahwasanya ahli ahli dan ulama kitab itu tidak jujur lagi. Mereka telah mangkir akan janji turun temurun dari nenek mereka, bahwa kedatangan Nabi yang diterangkan Musa.as, setelah kelahiran dan kenabian Muhammad tidak mereka buka-buka lagi. Apalagi disaat nabi Muhammad saw hidup taurat mereka sembunyikan dan Rasulullah hanya tahu isi Taurat hanya dari Allah saja.

Padahal sebelum kedatangan nabi Muhammad, Yahudi sering berbangga didepan orang arab bahwa seorang Nabi buat mereka akan datang, yang akan memimpin mereka kelak menghancurkan kafir musyrik dan ini sering diulang-ulang buat memanas manasi orang Arab yang Ummi, tidak punya kitab dan buta huruf.

Bagi orang Nasrani, mereka menafsirkan nubuwah Musa untuk Isa alMasih, padahal Isa punya Ibu tapi tidak punya bapak, Musa mati diusia lanjut dan Isa menurut keyakinan Nasrani mati dibunuh, dan Nabi Muhammad bukan juga mati dibunuh.

Jadi jelaslah dalam QS 3:187 ini menerangkan langkah yang mereka ulama Yahudi, nasrani tempuh sudah tidak jujur lagi. Mereka perjual belikan kejujuran dengan hal dunia untuk memelihara pangkat, martabat dan harta dunia :

> “Alangkah jahatnya tukaran yang akan mereka terima” ujung ayat 187

Memang agama tidaklah boleh dipaksakan (QS 2: 256), sehingga tidaklah perlu mereka ulama Yahudi/Nasrani bersikap curang dalam mempertahankan agama mereka kepada sekalian jemaat mereka. Disaat Islam diMedinah sudah jaya dan dimasa-masa kekhlifan berikutnya, tidaklah pernah kita baca dan dengar mereka digiring dengan pedang agar mau memeluk agama Islam. Mereka memutar ayat-ayat Tuhan semata hanyalah mempertahankan pengaruh dan kedudukan.

Tabi’in besar Qatadah pernah berkata:” Inilah perjanjian yang telah diambil Tuhan dengan ahli ahli ilmu. Maka barangsiapa mengetahui sedikit ilmu hendaklah diajarkan kepada manusia. Sekali-kali janganlah disembunyikan karena itu adalah kebinasaan dirinya dan ilmu itu sendiri”

Dalam islam mereka disebut Rasulullah sebagai “pewaris Nabi-nabi”. Mereka tidak boleh menyembunyikan kebenaran dan wajib menyampaikan/tabligh. Lihatlah bagaimana penyiksaan fisik dan mental yang diterima Ulama-ulama besar Islam dahulu, Imam Malik,Imam Hanafi,Imam Syafi’i, Imam Hambali, Ibnu Taimiyah,Imam Nawami yang rela dipenjara karena kebenaran yang mereka ucapkan tidak sesuai dengan selera penguasa waktu itu. Kenapa mereka rela berkeras mempertahankan keyakinan mereka? Karena mereka juga merasa mereka termasuk Orang-orang yang dib eri kitab itu.

Berkata Sayid Rasyid Ridha dalam tafsir Al-Manar:
Ketahuilah, bahwasannya tidak ada kerusakan yang sangat membahayakan bagi agama ini yang menyebabkan isi kitab tersia-sia, sampai orang-orang mau mencampakkannya kebelakang punggung mereka, mau memperjualbelikan ayat dengan harga yang sedikit. Tidak ada suatu bahayapun yang mengancam agama lebih daripada menjadikan ulama bergantung kepada kasihan penguasa negara.
Oleh sebab itu wajiblah ulama agama mempertahankan kebebasan sempurna, bebas dari tekanan pengusa, tidaklah msauk akal seorang penguasa tirani akan mau begitu saja memberikan belenggu emas dileher-leher ulama, melainkan supaya mereka dituntun menurut kehendak penguasa menipu rakyat dan memperkaya diri dengan membawa agama. Kalau rakyat cerdas, tidaklah mereka akan mau mengikuti fatwa ulama yang lehernya berantai emas dari penguasa.”

Hadist Rasulullah dari Anas bin Malik yang dirawikan oleh al-Aglii, Hasan bin Sufyan :
“Ulama itu adalah orang kepercayaan Rasul-rasul untuk memimpin segenap hamba Allah, selama mereka belum bercampur dengan sultan. Tetapi kalau mereka telah berbuat demikian, sesungguhnya dia telah mengkhianati Rasul-rasul. Maka hendaklah waspada terhadap mereka, hendaklah merek disisihkan” .

Dan ada hadist yang lebih keras lagi, dari ad-dailamy dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah saw berkata;” Apabila telah engkau lihat seorang alim ulama bercampur-gaul dengan sultan terlalu banyak, ketahuilah bahwa dia itu seorang pencuri.”

Janganlah kita tertipu kalau mereka berkata :Kita mendekati puncak kekuasaan untuk menangkis kezaliman dan mempertahankan hak orang teraniaya” itu adalah bisikan setan semata.

Dapatlah kita lihat keadaan Indonesia sekarang, sejak reformasi berapa  ribu orang Ulama yang sudah silih berganti duduk dipuncak kekuasaan negara, adakah mereka membawa perubahan kepada akhlak dan moral bangsa ini? Tidak malah mereka mempunyai andil juga dalam menghancurkan bangsa ini, setelah mereka rasa kebenaran yang sebenarnya, mereka mundur dan mungkin bertobat namun rakyat sudah terlanjur tidak mempercayai lagi...MasyaAllah.

Marilah Ulama itu berkaca kepada KH Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah Yogyakarta yang hidup dari menjual kain batik, juga KH Hasyim As’ari dari Jombang, Buya Hamka dan banyak lagi contoh Ulama besar yang tidak haus akan gelar dan pangkat namun nama dan ajaran mereka harum seantero bumi. Karena mereka menjaga sekali apa-apa yang akan masuk kedalam perut mereka, jangankan yang haram, yang subhat saja mereka tolak bahkan pemberian hadiah yang seharusnya halal tetapi karena berasal dari penguasa mereka tolak, agar kebebasan mengatakan kebenaran tidak terhimpit lidah mereka.

JADI DENGAN URAIAN DIATAS ULAMA, PENDETA,RAHIB ADALAH LIDAH TERAKHIR PENYAMPAI WAHYU ALLAH DAN ALIM ULAMA BUKANLAH TERBEBAN KEPADA MEREKA SEMATA, SEORANG ILMUWAN/SCIENTIS DAN PEMILIK ILMU LAINNYA WAJIB MENYAMPAIKAN ILMUNYA KEPADA JALAN YANG DIPERINTAHKAN ALLAH, DENGAN TIDAK MEMUTAR-BALIKKAN FAKTA/AYAT BUAT MENYOKONG SEGALA KEMAUAN PENGUASA.

Wallohualam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar