Cari Blog Ini

Kamis, 02 Februari 2012

SABAR DAN TAQWA, REFLEKSI KEKALAHAN PERANG UHUD


REFLEKSI SEMANGAT JUANG DAN SUMBER KEKALAHAN KAUM MUSLIMIN DARI PERANG UHUD

Sehebat apapun tipu daya musuh muslim atau kaum kafir, maka selama kaum muslimin masih memegang teguh sabar dan taqwa niscaya tipudaya itu tidaklah akan berhasil juga, sabar dalam mengikut arahan Rasulullah sebagai pemimpin dan taqwa dengan tekun dan teguh beribadat kepada Allah swt. Kalau sifat yang dua itu dipegang kuat maka janganlah hiraukan bagaimanapun siasat musuh-musuh kita. Tapi kalau sudah dilupakan maka kekalahan bukanlah kehendak Allah tetapi akibat kelalaian dan kelengahan kita jua adanya.

Sehingga kekalahan yang sangat menyesakkan dada kaum kafir Quraisy saat perang Badar kiranya sangatlah membekas, sehingga dalam tahun itu juga ditunjuklah Abu Sufyan yang bergelar Al Sakhar ibn al Harb-Elang rajawali si anak perang sebagai pimpinan yang akan mengorganisir pembalasan dendam ini. Dengan sumpahnya yang terkenal bahwa dia tidak akan mandi junub(rupanya belum Islam pun orang arab sudah menjalankan perintah mandi junub) selamanya sebelum dendam Badar terbalaskan.

Abu Sufyan kemudian memulai propaganda dalam mengerahkan kaum arab baik Quraisy Mekah maupun kabilah-kabilah disekeliling jazirah Arab untuk menghancurkan Muhammad dengan ajarannya. Maka berhimpunlah sekutunya dari kabilah Kinanah dan Tihamah sehingga mampu menghimpun pasukan sebanyak 3000 orang.

Mendengar hal ini Rasulullah saw mengumpulkan sahabat Muhajirin dan Anshar meminta pendapat bagaimana cara menghadapi musuh sebanyak itu. Angkatan muda muslim mengusulkan agar ditahan diluar kota saja buat mengurangi dampak perang, namun pemuka-pemuka tua termasuk juga Abdullah bin Ubay yang terkenal kemunafikannya ikut urung rembuk mengusulkan agar kaum muslimin cukup melakukan perang kota saja karena musuh sangat besar jumlahnya, juga hal ini serupa dengan pendapat Rasulullah sendiri, namun lain halnya Rasulullah bisa menebak akan maksud usulan Abdullah bin Ubay, meskipun usulan dia diterima belumlah tentu dia akan bahu membahu mempertahankan kota Medinah karena dia sudah tidak diakui lagi kejujurannya, namun karena dia adalah termasuk pemuka Medinah dari dulu, tetaplah dibawa bermusyawarah membela tanah airnya.

Akhirnya rasulullah saw memutuskan hasil musyawarah dengan mengambil suara terbanyak yaitu usulan kaum muda bahwa musuh harus ditahan diluar kota,sesuai dengan perintah Allah dalam Ali Imran 159:” Ajaklah bermusyawarah, maka apabila tekadmu sudah bulat (‘azam-ta), bertawaqqallah kepada Allah dan hilangkan keraguan”. Dan Abdullah bin Ubay tetaplah mengerutu-gerutu.

>QS Ali Imran 121: Dan ingatlah tatkala engkau keluar dari ahlimu (rumahmu) pagi-pagi, menyiapkan tempat-tempat kedudukan perang bagi orang-orang beriman, Allah Mendengar lagi Mengetahui.”

Sabtu pagi 15 Syawal 3H, Rasulullah saw memimpin 1000 orang tentara Muslimin menuju tempat yang beliau pilih sebagai kedudukan perang, itulah bukit Uhud, sebagai tempat paling strategis untuk menahan dan menangkis serangan musuh, 2 buah bukit yang menjepit jalan masuk ke Medinah. Saat beliau menyiapkan barisan perang, datanglah pemimpin pemuda muslim mengatakan keraguan mereka atas usulan semalam akibat termakan pendapat orang tua-tua, dan bersudi dan turut dengan usulan Rasullah saw semula. Mendengar usulan itu Rasulullah saw marah, lalu berkata,”Pantang bagi seorang Rasul, apabila pakaian perang telah lekat kebadannya, akan membukanya kembali, sebelum Allah menentukan siapa yang akan menang, dia atau musuhnya!”. Semuapun tertunduk dan terdiam, demikianlah Rasulullah memperlihatkan keharusan teguh dan menjalankan keputusan, tidak boleh ragu lagi!.

Belumlah sampai dibukit Uhud, terjadilah pengkhianatan besar, Abdullah bin Ubay dengan 300 pengikutnya menarik diri dan kembali balik kekota, dia berkata,”Pendapat saya tidak didengarkan, kehendak muda-muda itu yang diperturutkan, saya tidak mau mati konyol menghadapi musuh sebesar itu. Mari kita pulang”. Rasulullah saw melihat dan sudah merasakan akan pengkhianatan itu, dan melanjutkan perjalanan dengan  700 orang tersisa.

>QS Ali Imran 122,”(Ingatlah) tatkala dua golongan antara kamu hampir saja lemah, Allah menjadi pelindung mereka keduanya. Dan kepada Allahlah bertawaqqal orang-orang beriman.”

Melihat 300 orang membelot, dua kabilah Anshar, yakni bani Salmah dari suku Aus dan Bani Haritsah dari suku Khazraj, terbersit pula keragu-raguan mereka akan kembali saja pulang juga dan bertahan dikota. Dalam keraguan itu muncullah Abdullah bin Amr bin Haramm dari Bani Salmah berseru,”Ingatlah Allah, hai kaumku. Jangan kamu kecewakan kaum kamu dan Nabi kamu. Mari kita berperang dalam jalan Allah, atau kita bertahan sampai mati! Tidak ada kata lain!”. 

Tindakan pemimpin yang bertanggungjawab ini mampu mengembalikan semangat tempur Bani salmah dan melihat itu bangkit juga dari bani Harits, biarlah mati bersama Rasulullah asal nama kabilah mereka tidak dikotori, seperti Abdullah bin Ubay yang telah menghinakan kaumnya.
Dalam pasukan itu tanpa sepengetahuan Rasulullah rupanya terselip anak-anak berumur dibawah 14 tahun, yang seharusnya belum diizinkan ikut berperang sebanyak 17 orang, namun karena saking semangatnya akhirnya rasulullah tidak tega menyuruh mereka balik. 
Dikisahkan seorang tua pincang Amir bin Juwamah, mengikut dari belakang meskipun keempat anak dia menyuruh bapaknya pulang, namun karena semangatnya beliau menemui Rasulullah dan berkata: “Ya Rasulullah, anak-anakku melarang aku berjihad, padahal aku ingin sekali mati syahid”. Rasulullah menjawab,”Tetapi sebenarnya engkau tidak wajib berjihad, karena cacat  badanmu ini”. Mendengar jawaban Beliau berlinanglah air mata Amir bin Jumawah sambil berkata,” Walaupun aku pincang ya Rasulullah, tanganku masih kokoh untuk menebas leher musuh Allah”, kemudian rasulullah menoleh kepada anak-anaknya dan berkata,” Biarkanlah dia, moga-moga Allah mengabulkan keinginannya”. Anaknya pun mengizinkan ayahnya dan memang dalam pertempuran kelak ayahnya dengan pincangnya mampu membunuh beberapa musuh sebelum diapun tewas dan keinginannya dikabulkan Allah.

Belum lagi semangat orang tua Khaisamah yang anaknya tewas syahid waktu diperang Badar, yang ingin ikut berjihad dan menemui rasulullah,” wahai Rasulullah, aku sudah tua dan tulangku sudah mulai lemah, dan aku ingin sekali menemui Tuhanku. Izinkanlah aku ikut ya Rasulullah dan doakan moga-moga aku bisa mendapat syahadah dan berkumpul dengan anakku di syurga”. Mendengar ini Rasulullah terharu dan menengadahkan tangan Beliau memohon agar keinginan Khaisamah terkabul. Khaisamah tua pun berperang dengan gagah beraninya sampai diapun mati syahid.

Demikianlah beberap bukti semangat juang kaum muslimin tidak tua tidak muda juga anak-anak, untuk selalu mendengarkan seruan Nabinya tanpa lagi memikirkan apapun selain keikhlasan dan berharap keredhaan Allah semata dengan sabar dan taqwa.

Kemudian sesampai di Uhud, Rasulullah menyusun strategi dengan membagi pasukan dalam kompi-kompi kecil, Abdullah bin Jubair ditunjuk sebagai pemimpin kompi pemanah dan ditempatkan dilereng bukit Uhud dan diperintahkan Rasulullah,”Jangan diberi musuh itu lewat dari rusuk kita, walau bagaimanapun. Kalau kami mundur karena desakan mereka, hantam segera dengan panah. Kalau kami maju, sekali-kali kalian jangan tinggalkan pertahanan ini. Kalian baru boleh turun dari tempat ini setelah datang perintah dari aku sendiri”.  

Sementara kedua pasukan sudah saling berhadapan, Rasulullah berkata,” Sekali-kali janganlah kita yang memulai. Kita wajib tenang ditempat kita. Sebelum ada perintah dari Rasul sendiri tidak boleh ada yang menyerbu!”

Kemudian beliau kenakan baju zirah, helm besi dan perisai Beliau.
Perangpun mulai berkecamuk hebat. Musuh menyerbu! Menderu! 3000 orang lawan 700 orang, tetapi semangat yang 700 orang  begitu sangat tinggi seakan pihak musuh memandang berhadapan dengan 7000 orang, bukan 700 orang. 

Rasulullah menawarkan pedang kesayangan beliau bernama”Zulfikar” kepada siapa saja yang mampu menunaikan hak pedang itu, bahwa jangan pedang itu pulang sampai mencincang musuh. Disambutlah tawaran itu oleh Abu Dijanah dan dia menyerbu kedalam pasaukan musuh bagai anak panah lepas dari busurnya.

Ka’ab bin malik bercerita kemudian,”Aku lihat dari jauh seorang musyrik menyerbu dengan kelengkapannya, lalu berhadapan seorang muslim, aku berdebar jantungku karena simuslim hanya bermodal sebilah pedang. Setealh berhadapan dan bertempur simuslim mendesak si kafir sambil mengayunkan pedangnya tepat dibahu dan putuslah badannya. Aku kagum sekali dan mencoba mendekat, setelah dekat orang itu membuka sorban merah yang menutup wajahnya sambil berkata,”Aku Abu Dijanah”. Inilah pemuda yanbg dipinjami Rasulullah pedangnya yang beliau mintakan haknya.

Dalam perang yang sedang berkobar, syahidlah panglima perang dan paman Rasulullah Hamzah bin Abdul Muthalib dalam keadaan luka yang menggenaskan, namun hal ini tidaklah menyurutkan semangat kaum muslimin, bahkan semangat mereka semakin berkobar,sementara semangat kaum musyrik semakin kendor, sebagian sudah mulai mundur dan lari terbirit-birit meninggalkan ghanimah-unta,kuda dan perlengkapan perang. Cuma satu panglima Quraisy pemimpin pasukan berkuda yang tidak lari, Khalid bin Walid, dalam kondisi terjepit. Maju tidak mundur tidak.

Nyaris kaum muslimin mencapai kemenangan dalam pukulan terakhir, namun apa yang terjadi?

Melihat sebagian pasukan dimedan bawah sudah mulai memunguti ghanimah, maka lupalah pasukan pemanah diatas bukit akan perintah Rasulullah, takut tidak kebagian dan keduluan, lalu mereka sebagian turun sambil berkata kepada kawannya” Kawan-kawan sudah mendapat ghanimah, mengapa juga kita disini lagi”, melihat hal ini Abdullah bin  Jubair berseru supaya inga pesan Rasulullah dan bertahan, namun sudah terlambat, pertahanan pentiang sudah bocor.

Khalid bin Walid pemimpin pasukan berkuda Quraisy melihat peluang untuk merebut lereng Uhud, melihat bendera Quraisy berkibar dipuncak Uhud timbul kembali semangat kaum Musyrik berbalik menyerang dan mengambil alihlereng Uhud dengan pasukan pemanah. Sementara perempuan-perempuan musyrik mernyani dan bersorak memberi lagu-lagu semangat berperang kepada laki-lakinya.

Perang kembali berkecamuk dan keadaan berbalik, keunggulan dipihak musuh dan kaum muslimin dibuat terdesak. Musuh menyerbu kearah  Rasulullah yang dilindungi oleh beberapa prajurit muslim dengan gagah berani , namun ada seorang musyrik yang secara pengecut menyerang Rasulullah dengan batu sehingga mengenai helm besi Beliau sampai remuk sehingga pipi Beliau berdarah dan gigi taring beliau patah, hidung patah dan dengan gagah berani Beliau menghalau serbuan musuh sampai jari tangan Beliau patah.

Yang melempar batu bersorak-sorak sambil meneriakkan kalau Muhammad telah kena dan mungkin sudah mati, musyrikin menyambut dengan bersorak kegirangan, sebagian kau muslimin sudah berlarian mundur kearah kota Medinah. Melihat situasi ini Rasulullah berseru,”Mari kemari Hai hamba Allah sekalian mari kemari berkumpul” maka berkumpullah 30 orang pasukan muslimin, dan Thalhah bin Ubaidillah dan Sahl bin Hunaif berdiri gagah dikiri dan dikanan Rasulullah melindungi. Thalhah sampai terkena tangannya oleh panah.

Waktu itulah muncul seorang musyrik Ubay bin Khalaf, yang telah lama memusuhi dan sangat berniat membunuh Rasulullah maju menerjang, melihat Thalhah sedang tak berdaya, Rasulullah maju menyambut serangan. Ubay bin Khalaf merasa inilah kesempatan terbaik sambil berseru “Hai pembohong besar, Kemana engkau hendak lari lagi?”, Rasulullah dengan tenangnya menjawab”Saya yang akan membunuhmu, InsyaAllah!” dan  mendahului serangan dengan menusuk kearah baju zirah Ubay bin Khalah sehingga dia bersimbah darah dan tewas ditangan Rasulullah.

Anas bin An-Nadhr melihat sebagian pasukan dibelahan lain sudah bertempur dengan patah semangat mengumpulkan orang-orang yang bercerai berai dan bertanya,”Apa yang kalian renungkan disini?”, mereka menjawab bahwa Rasulullah telah mati terbunuh, lalu Anas menjawab,” Kalau benar demikian, apa gunanya kita hidup lagi, angkat senjata kalian, bangkit, mari membunuh atau terbunuh menyusul Rasulullah, Mari!!” merekapun bangkit lagi dibawah pimpinan Anas sampai Anaspun tewas dalam kepungan musuh.

Serangan musuh sudah sangat membuat pasukan pelindung Rasulullah kepayahan, Thalhah yang terluka, Abu Dijanah dan telah banyak sahabat Anshar bergelimpangan tewas didepan Rasulullah tengah berusaha melindungi Rasulullah, sahabat yang berserak-serak mulai menyusun kekuatan disekitar Rasulullah.

Melihat kesediaan mati yang demikian hebatnya, musyrikin jadi bingung dan tidak mengira sama sekali, dan isu Muhammad telah tewas rupanya tidaklah kenyataan. Hal ini Belaiu perhatikan benar dan Beliau menyerahkan busur kepada Sa’ad bin Abu Waqash ”Panah! Panah dengan tepat!”perintah Beliau dan Sa’ad berputar-putar membidik musuh yang diarahkan Rasulullah, sementara Thalhah berdiri menjadi tameng Rasulullah sambil juga memanah. Dia berkata “: Aku cukup kebal, ya Rasulullah, hadapkan aku kemana engkau suka dan perintahkan apa yang engkau kehendaki”.

Kaum Muslimin sungguh-sungguh sangat kepayahan, namun semangat tidak jua patah. Disekeliling Rasulullah mereka mendapat pribadi kembali. Sebaliknya kaum Quraisy tidak kurang pula kepayahan, mulanya sudah lari pontang-panting kemudian mendapat kesempatan menyerbu, dilihat kaum muslimin tidak juga bisa dihancurkan, dan nabi mereka tidak juga bisa dikalahkan, malah semangat merekalah yang bertambah mundur, sehingga pertempuran mereka cukupkan sebegitu saja dan menarik pasukan mundur.

Dalam mgerakan mundur, naiklah Abu Sufyan keatas bukit dan berteriak “Sekarang aku senang, perang berganti kalah dan menang.Kemenangan kami hari ini adalah tebusan atas kekalahan kami di Badar. Biarlah Hubal tetap dalam kejayaannya”.

Mendengar ini Rasulullah menyuruh umar menyambut,”Berdirilah Umar dan jawab kata itu lekas! Katakan Allah Maha Tinggi dan Maha Mulia dari berhalamu itu. Persamaan tidak ada, orang-orang kami yang tewas masuk syurga dan orang-orang yang tewas dikalangan kalian menjadi isi neraka.” Umarpun melakukan perintah Rasulullah. 

Lalu Abu Sufyan berseru” datanglah kemari hai Umar!”. Nabi bersabda,”Pergilah Umar temui dan periksa! Hendak mengapa dia!”. Umarpun dengan gagahnya  menuruti perintah Nabi dan sesampai disana berkata Abu Sufyan,”Katakan terus terang kepadaku hai Umar, apakah Muhammad berhasil kami bunuh?” dengan tegas Umar menjawab “Beliau masih hidup dan apa yang kau ucapkan ini semuanya Belaiu dengar”. Abu Sufyan menjawab,” Perkataanmu lebih aku percayai dari perkataan Ibnu Umaiyah”. Rupanya Ibnu Umaiyah lah orang yang menyebarkan berita tewasnya Rasulullah.

Akhirnya Abu Sufyan berkata,” Antara orang yang tewas demikian ada yang dikoyak-koyak badannya oleh barisan kami, hal itu bukanlah aku sukai dan bukan pula aku benci, dan aku tidak menyuruh demikian dan juga tidak melarangnya. Kita berjumpa tahun depan di Badar.” Umar menjawab atas perintah Rasulullah bahwa janji akan ditepati.

Demikianlah sekelumit kisah perang Uhud yang memilukan hati kaum muslimin, lalu datanglah ayat selanjutnya,

>QS Ali Imran 123,”Sesungguhnya Allah telah menolong kamu diBadar, padahal kamu(waktu itu) lemah. Dan taqwalah kepada Allah, supaya kamu berterimaksih”  

Kenapa kaum muslimin tahun  kemarin bisa menang di Badar sementara jumlah kaum muslimin hanya 313 orang menghadapi 1000 orang dengan perlengkapan yang jauh sempurna? 

Sebab dalam perang badar mereka Sabar dan taqwa, selama perang Uhud kedua alat itu mereka tinggalkan, terutama tidak taat kepada komando pimpinan, maka bertaqwalah agar dapat berterimakasih. Dengan taqwa akan terhimpun keteraturan barisan dan ketakutan kepada Allah dan perintah Rasulullah.

>QS Ali Imran 124,” Ingatlah tatkala engkau berkata kepada orang-orang beriman itu: Tidakkah cukup bagimu bahwa Tuhan kamu akan membantu kamu dengan tiga ribu Malaikat yang diturunkanNya?”

Ingatlah waktu diBadar Allah menurunkan pasukan yang tidak terlihat hanya bisa dirasakan pada dada kaum Muslimin dan dimata kaum Musyrikin.

>QS Ali Imran 125,”Sungguh! Jika kamu bersabar dan bertaqwa, walaupun mereka itu( kembali) datrang kepada kamu segera sekarang ini juga, Tuhan kamu akan membantu kamu dengan lima ribu Malaikat dalam keadaan menyerbu.”

Rupanya Allah telah mempersiapkan pasukan Beliau seandainya pasukan Musyrikin itupun akan berobah rencana kembali berbalik menyelesaikan perang, setelah Ali bin Abi Thalib mengintai dan melaporkan kepada Rasulullah bahwa mereka telah menaiki unta-unta dan mengiringkan kuda-kuda tanda mereka sudah berniat pulang ke Mekkah.

Kenapa Allah sepanjang pertempuran tadi tidak membantu dengan pasukan malaikatNya?

Allah memperingatkan bahwa orang yang tegak lurus dan tidak bengkok kiri kanan dalam imannya kepada Allah, akan turun malaikat kedalam dada mereka menyampaikan bisikan agar tidak merasa takut dan dukacita, dan selalu ingat akan Allah. Karena dengan sabar dan taqwa roh insani menjadi naik martabatnya dan bersatulah malaikat kepada roh demikian. Di Uhud Malaikat tidak datang karena sebab sarang/penampungan mereka yaitu sabar dan taqwa tidak ada.

>QS Ali Imran 126,”Tidaklah Allah menjadikan yang demikian itu, melainkan sebagai berita gembira bagi kamu, supaya tentramlah hati kamu karenanya. Dan tidaklah ada kemenangan, melainkan dari sisi Allah, Yang Maha Gagah lagi Bijaksana.”

Dengan ayat ini semakin tentramlah hati kaum muslimin seandainya apa yang dikhawatirkan bakal terjadi-kaum musyrik balik lagi. Asal sabar, taqwa dan tawaqqal termasuk kegigihan dan keteguhan memegang komando perang, tidaklah akan sia-sia dan kemenangan akan tercapai.

>QS Ali Imran 128,” Karena Dia hendak memotong sebagian dari orang-orang yang kafir itu dan hendak mendukacitakan mereka, maka pulanglah mereka dengan tangan hampa.”

Memang Allah menguji kaum muslimin dengan kekalahan agar kedepan tidaklah seperti ini lagi, meskipun kaum muslimin tewas 70 orang namun sebaliknya dipihak musuhpun tidak lebih sedikit malah jauh lebih banyak. Bagi kaum muslimin kematian bukanlah suatu ketakutan yang harus dihindari, namun bagi mereka adalah kedukaan dan mereka pulang tetap dalam tangan hampa tanpa dapat mencapai Medinah apalagi membunuh Muhammad.

TEGURAN ALLAH KEPADA RASULULLAH    

Setelah kaum Quraisy kembali keMekkah, demi melihat paman Beliau Hamzah bin Abdul Muthalib badannya terkoyak-koyak dan jantungnya sudah tidak ditempat lagi, menangislah Beliau sambil berkata,”Ya Allah! Laknatlah Abu Sufyan, Ya Allah! Laknatlah Al-Harist bin Hisyam, Ya Allah Laknatlah Sahl bin Umar, Ya Allah ! Laknatlah Shafwan bin Umaiyah” sesuai dengan hadist rawi oleh Ahmad, Bukhari,At-Tirmidzi. Tiba-tiba setelah Rasulullah berdoa ,melaknat musuh maka turunlah ayat berikut ini,

>QS Ali Imran 128,” Tidak suatu juapun hak bagimu, apakah Allah menerima taubat mereka ataupun Dia hendak mengadzab mereka. Lantaran mereka itu adalah orang-orang yang zalim”.

Maksudnya janganlah Nabi SAW memohonkan kutuk untuk mereka. Hal itu hanyalah urusan Allah semata, peperangan belumlah usai, akan ada peperangan lain dan Allahlah yang tahu. Allah yang menentukan mana yang diterima taubat mereka dan siapa yang disiksa.

Maka sejak ayat ini turun hanya sekali itulah Rasulullah mengutuk dan kata Laknat keluar dari mulut Rasulullah. Dan sejarah kemudain mencatat bahwa Abu Sufyan dan istrinya Hindun-sipencuri jantung Hamzah paman Nabi,serta budak Habsyi pelempar lembing yang membunuh paman Beliau, semuanya kelak masuk Islam dan menjadi pelindiung yang kuat atas perjuangan agama ini selanjutnya.

>QS Ali Imran 129,”Kepunyaan Allahlah segala yang ada diseluruh langit dan bumi. Dia ampuni siapa yang Dia kehendaki dan dia siksa siapa yang Dia kehendaki.  Dan Allah adalah maha Pengampun lagi maha Penyayang.”

Mungkin hari ini orang yang keras memusuhi Islam, karena hawa nafsu dan diperdaya syetan, pada hari lain dibuka Allah hijab baginya, dia taubat dan diberi ampun. Dan Ampunan serta rahmat Tuhan sekali waktu dapat mengatasi MurkaNya selama ini.

Tidak berapa lama setelah perang Uhud, Khalid bin Walid, Amru bin Ash hijrah diam-diam ke Medinah dan menjadi Panglima Perang kaum Muslimin yang sangat disegani. Abu Sufyan setelah Futuh Makkah akhirnya bertaubat.

Demikianlah Allah yang menentukan apa yang Dia kehendaki.
MAKA JADIKANLAH SABAR DAN TAQWA SEBAGAI ALAT YANG UTAMA BAGI KITA MENGHADAPI BERBAGAI PERGULATAN HIDUP DAN IMAN

Wassalam Manih Ka Pucuak
Disarikan dari Tafsir Al-Azhar BUYA HAMKA
semoga penjadi suluh iman dan penerang hikmah bagi kita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar